Ini adalah hari terakhirku di negeri laskar pelangi, masih ada satu tujuan lagi sebelum aku terbang dengan burung besi ke Jakarta. Rasanya tak banyak tempat tinggi di Belitung, salah satunya, yaitu Bukut Peramun. Untuk kamu yang berlibur ke Belitung jangan lupa mengunjuginya ya!
Setelah selesai makan mie taman aku langsung berangkat menuju Bukit Peramun. Sekitar 30 menit mengendarai kuda besi aku sampai, memang letaknya tak terlalu jauh dari Tanjung Pandan dan kondisi jalan juga cukup bagus. Setelah sampai aku sempat bingung karena tak ada orang sama sekali, aku sempat berpikir apa karena kepagian? ah aku rasa tidak karena di arlojiku sudah menunjukan pukul 9 lewat. Tak beberapa lama mengamati keadaan sekitar terlihat seorang penjaga keluar dari arah toilet.
Bukit Peramun berasal dari kata “peramuan atau ramu” yang mempunyai arti tempat untuk meramu tanaman lokal yang digunakan untuk obat oleh masyarakat sekitar. Bukit ini mempunyai ketinggian 129 mdpl dengan kekayaan flora fauna yang beragam.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Karena aku pergi seorang diri jadi harus dipandu dan masalahnya adalah tak ada penjaga lagi untuk menjaga di depan. Sang bapak (aku lupa namanya, maafkan pak padahal sudah baik sekali). Sang bapak berkata tunggu dulu yak dek sebentar. Setelah menunggu sekitar 15 menit dan tak ada penjaga yang datang juga akhirnya sang bapak mengantarku dan meninggalkan pos penjagaan tiket. Aku malah khawatir karena tak ada yang menjaga sama sekali. Oiya disini telkomsel dan indosat tak ada sinyal sama sekali.
Baru berjalan sekitar 5 menit aku tiba di rumah hobbit, lebih tepatnya disebut rumah hobbit ala-ala sih. Aku hanya mengambil gambar sebentar lalu melanjutkan perjalanan kembali karena tak ada hobbitnya :p. Perjalanan setelah ini mulai menanjak sedikit dengan tangga alam.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Setelah berjalan sekitar 5 menit aku sampai di Batu Kembar, dari sini sudah terlihat pemandangan belitung yang mempesona. Disebut Batu Kembar karena terdapat sepasang batu besar yang berdampingan, hmm kira-kira siapa ya yang naro batu itu :p
Sumber: Dokumentasi Penulis
Aku hanya berhenti sebentar dan melanjutkan perjalanan lagi untuk menuju Batu Ampar. Jarak menuju Batu Ampar ternyata tak terlalu jauh, hanya sekitar 5 menit berjalan aku sudah sampai.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Pemandangan membuat kamu berdecak kagum tapi kata bapaknya diatas lebih indah lagi, tak berpikir panjang aku langsung bergegas untuk jalan kembali. Setelah 5 menit berjalan aku tiba di titik paling tinggi, yaitu Bukit Peramun!
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Betul sekali perkataan sang bapak, pemandangan dari sini memang sangat mempesona. Suasana yang tenang, kicauan suara burung, dan angin yang bersatu padu membuatku sangat merasa nyaman berada disini. Tak ada suara keyboard dan klik-klik mouse, ah suasana seperti ini tak pernah bisa didapatkan di Jakarta.
Dari Bukit Peramun kamu bisa berfoto di jembatan yang telah disediakan dengan membayar kepada petugas, tapi karena tak ada petugas dan hanya aku kata sang bapak gausah bayar dek, nanti bantu promosiin aja ya, aku langsung mengangguk. Oiya kamu juga dapat melihat Pulau Lengkuas loh dari sini dan keindahan laut Belitung.
Setelah bersantai dan melihat jam di tangan sudah menunjukan pukul setengah 11, wah gawat karena aku tak punya banyak waktu. Aku langsung bergegas menuju tempat berikutnya, yaitu rumah pohon. Perjalanan ke rumah pohon juga tak terlalu jauh, hanya sekitar 5 menit.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sumber: Dokumentasi Penulis
Rumah pohon disini terdapat beberapa dan juga terdapat saung tepat diatas rumah pohon, suasananya juga sangat nyaman. Tapi apa daya waktuku sudah tak banyak karena tadi bangun kesiangan. Aku langsung bergegas menuju jembatan merah, jaraknya pun tak tarlalu jauh hanya sekitar 5 menit.
Sumber: Dokumentasi Penulis
Aku tak sempat berlama lama disini, hanya menikmati sebentar dan mangambil gambar lalu berjalan kembali menuju pintu masuk Bukit Peramun. Jarak jembatan ke pintu masuk tak terlalu jauh hanya sekitar 5 menit. Total jarak dari gerbang sampai puncak Bukit Peramun sekitar 525 m.
baca juga: Catatan perjalanan Belitung
Di sepanjang perjalanan sang bapak bercerita bahwa tempat ini baru dibuka awal tahun 2017. Jadi masih sangat baru, bersih dari sampah (di sepanjang jalan juga banyak terdapat tempat sampah) dan semoga dapat terawat terus. Sebenarnya ada satu spot lagi yang ingin aku kunjungi, yaitu Goa Batu Granit tapi menurut sang bapak sedang tutup untuk pemeliharaan.
Oiya disini kamu juga bisa menikmati Tarsius atau masyarakat Belitung biasa menyebutnya dengan Pelilian. Tarsius ini merupakan primata terkecil di dunia dan termasuk binatang langka. Ada juga aktifitas untuk mengamatinya yang dimulai pukul 18.30 – 21.00. Menurut sang bapak pada malam hari ketinggian Tarsius dari pohon hanya satu meter jadi dapat dilihat dengan jelas.
Setelah sampai di pintu masuk aku segera berpamitan dengan sang bapak karena burung besi yang akan aku naiki tak lama lagi akan berangkat menuju Ibukota. Perjalanan menuju Bandara sekitar 30 menit, ambil jalan langsung ke Bandara ya jangan yang menuju Tanjung Pandan terlebih dahulu.
Selamat menikmati Belitong, negeri laskar pelangi!
catatan:
- Tiket masuk Bukit Peramun = 10rb
- Pemandu sukarela
- Foto di jembatan puncak Bukit Peramun (4x foto) = 20rb
Dear mas ItsNain, saya mohon ijin untuk mengutip beberapa foto di Bukit Peramun untuk artikel ilmiah yang akan diterbitkan di Geojournal of Tourism and Geosites. Sumber dan link gambar akan saya tuliskan di artikel. Apakah boleh mas? Terima kasih, Risa Bhinekawati
Hola Kak Risa,
Dengan senang hati dan sumber tetap dicantumkan.
Sukses untuk artikel ilmiahnya kak!