Langkah kaki kali ini menuju atap Sumatra dengan ketinggian 3805 mdpl. Sudah tak asing lagi dong pastinya dengan ketinggian ini. Perjalanan untuk menginjakan kaki di puncak Gunung Kerinci dimulai dari Jakarta. Yuk simak kisah pendakiannya.
Aku menggunakan pesawat dengan tujuan Padang dari Jakarta. Loh kok ke Padang? kan Gunung Kerinci ada di Jambi? Iya betul Gunung Kerinci memang terdapat di Jambi tapi akses yang paling dekat adalah melalui Bandara Minangkabau Padang. Jika melalui Bandara Minangkabau untuk sampai ke Kerinci dibutuhkan sekitar 8 jam tapi jika dari Bandara Sultan Thaha Jambi dibutuhkan waktu sekitar 12 jam, nah beda cukup jauh kan.
Oiya sebenarnya ada lagi sih bandara yang lebih dekat, yaitu Depati Parbo yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Kerinci tapi tak ada penerbangan langsung dari Jakarta, jadi harus transit terlebih dahulu di Jambi dan tiket pesawatnya jauh lebih mahal.
Aku mendaki Kerinci di bulan Oktober, sebenarnya sudah musim peralihan ke hujan. Musim terbaik mendaki Kerinci adalah di Juni-September karena merupakan musim kemarau di Kerinci.
Aku tiba di Padang sekitar pukul 10 malam dan menginap di Padang terlebih dahulu karena sudah tak ada travel yang berangkat. Oiya travel berangkat paling malam jam 8 ya jadi jangan tiba di Padang lebih dari itu. Jika pergi dengan banyak orang kamu bisa menyewa mobilnya dan tak perlu khawatir soal jam nya karena kamu yang menentukan.
Jam 9 pagi aku berangkat menuju Kerinci, perjalanan melewati pemandangan yang indah itulah kenapa aku ingin berangkat ketika terang.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam akhirnya aku tiba di Kabupaten Kerinci, Hola Kerinci!
Udara dingin Kerinci mulai terasa ketika malam hari. Oiya disini aku tinggal di rumah temanku yang mempunyai pemandangan langsung ke Gunung Kerinci.

Sumber: Dokumentasi Penulis
Day 2
Pagi harinya aku baru memulai pendakian. Dari rumah temanku untuk sampai ke Pintu Rimba dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Oiya sebelum ke Pintu Rimba urus simaksi terlebih dahulu ya di pos pendakian Gunung Kerinci. Disini kamu akan melihat perkebunan teh Kayu Aro yang sangat luas, seperti sejauh mata memandang yang ada hanya kebun teh.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sumber: Dokumentasi Penulis
Oiya mobil hanya bisa berhenti beberapa ratus meter sebelum Pintu Rimba dan pendakian dimulai dari sini.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sumber: Dokumentasi Penulis
Medan pada awal pendakian berupa tanah akar yang tak terlalu menanjak, anggap saja untuk pemanasan dengkul. Setelah berjalan sekitar 30 menit akhirnya aku tiba di pos 1. Pos 1 ini berupa shelter tapi sudah termakan usia melihat dari bentuknya.
baca juga: Kecantikan Itu Bernama Kelabba Maja
Di pos 1 aku tak beristirahat dan langsung melanjutkan menuju pos 2. Medan juga masih belum terlalu menanjak dan hutan disini cukup lembab menurutku karena cahaya matahari hampir tak dapat menembus sampai ke tanah.
Akhirnya setelah perjalanan sekitar 30 menit aku sampai di pos 2. Di pos 2 terdapat shelter yang penampakannya hampir sama seperti pos 1. Aku beristirahat sejenak disini.
Perjalanan dilanjutkan menuju pos 3, medan pendakian sudah mulai menanjak tapi masih terdapat beberapa bonus kok. Nah untuk sampai pos 3 dibutuhkan waktu sekitar 45 menit.
Setelah beristirahat di pos 3 aku melanjutkan perjalanan ke shelter 1. Jalur menuju shelter 1 cukup menanjak dan jarang sekali bonus. Di perjalanan menuju shelter 1 aku melihat banyak sekali burung yang tak pernah aku lihat sebelumnya.

Sumber: Dokumentasi Penulis
Setelah perjalanan sekitar 75 menit akhirnya aku sampai di shelter 1. Shelter 1 tempatnya cukup luas dan dapat mendirikan tenda disini tapi tak ada sumber air. Disini aku juga makan siang terlebih dahulu karena cacing di dalam perut sudah mulai bergejolak.

Sumber: Dokumentasi Penulis
Setelah makan siang dan beristirahat aku melanjutkan perjalanan menuju shelter 2. Perjalanan menuju shelter 2 cukup menguras tenanga karena medan sudah cukup menanjak yang membuat ngos-ngosan. Terdapat beberapa bonus serta bentuk pohon yang mirip seperti terowongan menurutku.

Sumber: Dokumentasi Penulis
Akhirnya setelah menanjak sekitar 2 jam aku sampai juga di shelter 2. Shelter ini tak telalu luas tempatnya dan aku beristirahat sejenak untuk mengisi tenaga kembali karena perjalanan menuju shelter 3 adalah yang paling menguras tenaga.
Perjalanan harus dilanjutkan kembali menuju shelter 3 dengan medan yang sangat menanjak dan sangat sempit. Kiri kanan dipenuhi dengan bebatuan karena ini merupakan jalur air. Jadi diperlukan ekstra hati-hati dan semangat yang membara untuk sampai di shelter 3. Pokoknya atur napas mu bahkan jika perlu istirahatlah sejenak.

Sumber: Dokumentasi Penulis
Setelah 2 jam menanjak akhirnya aku sampai juga di shelter 3. Sungguh luar biasa rasanya jalur untuk sampai ke shelter 3, penuh perjuangan! Dari shelter 3 puncak Kerinci akan terlihat tapi sayang semesta sedang tak mendukung karena kabut sangat tebal. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya putih saja.
Aku segera membuka tenda dan mencari spot yang tak terkena angin langsung karena angin cukup kencang di shelter 3. Setelah membuka tenda aku beristirahat sejenak dan bersiap untuk memasak karena hari sudah mulai gelap. Oiya disini ada sinyal loh walaupun hilang-hilangan tapi jika cuaca cerah sinyal cukup bagus bahkan dapat 4G.
baca juga: Catatan Pendakian Rinjani, Gunung Terindah di Indonesia
Di shelter 3 juga terdapat sumber air jadi tak perlu khawatir untuk masak yang memerlukan banyak air. Setelah perut terisi waktunya istirahat karena besok pagi aku akan menuju puncak!
Day 3
Pukul 4 pagi aku berangkat menuju puncak Kerinci tapi sungguh sayang semesta masih belum mendukung karena angin yang sangat kencang serta kabut tebal. Oiya sebelum summit sebaiknya makan terlebih dahulu serta bawalah air karena tak ada sumber air di perjalanan nanti.
Perjalanan menuju puncak dihiasi dengan kerikil tapi masih cukup kuat untuk diinjak, mirip seperti medan summit menuju Gunung Slamet menurutku.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sumber: @episutrisno63

Sumber: @episutrisno63
Angin kencang dan kabut tebal terus menemaniku sepanjang perjalanan, bau belerang juga sangat tarasa karena terbawa angin. Setelah perjalanan sekitar 110 menit akhirnya aku sampai di Tugu Yudha. Tugu ini merupakan tugu untuk mengingat Yudha Sentika yang hilang pada 23 Juni 1990.
Dari Tugu Yudha memang terlihat beberapa cabang jadi tugu inilah yang menandakan bahwa jalur yang diambil untuk menuju puncak adalah jalur yang benar. Oiya disini kamu juga bisa beristirahat karena medan yang landai.
Mulai dari Tugu Yudha perjalanan menuju puncak sudah sangat menanjak dengan medan kerikil yang lebih rapuh dari sebelumnya. Jadi harus melangkah dengan agak cepat karena jika tertahan terlalu lama kaki mu akan mundur.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sumber: Dokumentasi Penulis
Setelah menanjak sekitar 30 menit akhirnya aku sampai juga di puncak Kerinci! akhirnya aku berhasil menginjakan kaki di atap Sumatra!
Sepertinya semesta masih belum mendukung karena kabut tebal serta angin kencang masih menyelimuti puncak Indrapura tapi aku harus menikmatinya karena bagiku puncak hanyalah bonus, proses perjalanannya lah yang tak kalah menyenangkan.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sumber: Dokumentasi Penulis
Oiya puncak Gunung Kerinci tak terlalu luas jadi hanya muat beberapa puluh orang saja dan harap bergantian ya. Jika cuaca cerah kamu bisa melihat kawah Kerinci, Danau Gunung Tujuh, serta pemandangan indah lainnya yang sudah menanti di depan mata.
baca juga: Catatan Pendakian Gunung Pulosari
Aku menikmati dinginya angin di Puncak Indrapura serta sarapan yang sungguh tarasa nikmat! Angin kencang membuat debu serta bau belerang terasa sangat menyengat jadi saranku sediakan masker ya.
Setelah puas menikmati puncak Kerinci aku harus segera turun karena bau belerang benar-benar membuat tenggorakan terasa tak enak. Perjalanan turun tentu lebih cepat dari naik tapi jangan terburu-buru dan tetap hati-hati ya karena kesalamat adalah yang utama.

Sumber: Dokumentasi Penulis
Sekitar 1 jam berjalan akhirnya aku sampai juga di shelter 3 dan langsung beristirahat sejenak. Istirahat sambil menikmati shelter 3 sungguh kenikmatan yang tiada tara rasanya. Setelah istirahat aku makan dan segera bersiap untuk turun karena tak mau sampai terlalu sore.
baca juga: setelah turun Kerinci wajib menikmati keindahan Danau Kaco
Aku turun sekitar jam 1 siang dan perjalanan turun hanya setengah dari total perjalanan naik. Sekitar pukul setengah 5 sore aku sudah tiba di pintu rimba dan jemputan sudah datang.
Nah itulah perjalananku menggapai atap Sumatra, jadi tunggu apalagi? ayo ke Gunung Kerinci!
Itinerary singkat
- Pintu rimba-Pos 1 = 30 menit
- Pos 1-Pos 2 = 30 menit
- Pos 2-Pos 3 = 45 menit
- Pos 3-Shelter 1 = 75 menit
- Shelter 1-Shelter 2 = 120 menit
- Shelter 2-Shelter 3 = 120 menit
- Shelter3-Tugu Yudha = 110 menit
- Tugu Yudha-Puncak = 30 menit
Catatan
- Travel padang-kerinci = 150k-200k
- Simaksi = 7,5k
- Ojek ke pintu rimba/kolbak = 20k-30k
Bermanfaat sekali kak artikelnya. Kebetulan lagi cari cari info ke g.kerinci. Barangkali mau kesana lagi kak? bareng hehehe
Hola Kak Eka,
Samasama kak, dalam waktu dekat ini sepertinya belum kak hehe
Makasih info nya kaka.. dr bandara di padang di bawah jam 8 mlm itu masih gampang nyari travel nya ? Dan sebalik nya dr kayu aro gampang juga? itu ongkos nya 200k pulang baling jd 400k apa disana kita wajib nyewa porter ga ka? Makasih ka
Hola Kak Bowo,
kalo bisa dibawah jam 8 kak karna setelah itu akan susah banget. Iyes betul PP jadi 400k. Untuk porter ngga wajib kok
Saya rasa bagi pendaki yg baru pertamakali disarankan camp di shelter 1 saja, atau shelter 2 agar tidak terlalu memaksakan diri, hari kedua baru lanjut ke shelter 3 Dan enjoy, day 3 muncak Dan sekaligus turun. Total 3 hari sudah sampai pos pendaftaran. Sekedar saran
Hola kak Qa,
Mungkin bisa di selter 2 kalo karna shelter pertama nanti jarak di hari kedua terlalu jauh menurutku kak hehe
Keren artikelnya..sangat membantu..terimakasih😍😍
Halo kak Liz,
Terima kasih kak, semoga bermanfaat dan sukses juga menggapai atap sumatra!